Laman

17 Juli 2009

Dunia Numismatik Merdy

Dunia Numismatik Merdy

Itu tanda tangan asli,” kata Merdy K Batangaris (59 tahun) sembari memperlihatkan selembar uang kertas Rp 50 ribu yang dibubuhi tanda tangan mantan Presiden Soeharto. ”Cuma ada sepuluh lembar yang kayak begini di Indonesia,” sambung dia sembari tersenyum kecil. Merdy lantas memasukkan kembali pecahan Rp 50 ribu itu ke dalam sebuah amplop biru. Dengan ekstra hati-hati.

Tangannya lantas bergerak cekatan menguras isi lemari di pojok ruang tamu rumahnya. Kali ini ia menyodorkan tiga jilid album foto. Album tebal itu tak berisi foto, tapi lagi-lagi lembaran duit. Pecahan Rp 50 ribu tadi, nyatanya, cuma satu dari sekitar 1000-an koleksi duit kertas Merdy yang tersimpan apik dalam enam jilid album.

Ini adalah koleksi-koleksi uang kertas lintas zaman. Uang-uang ini berasal dari periode Hindia Belanda hingga dasawarsa 1990-an dan sebagian merupakan koleksi langka. Ini juga koleksi-koleksi uang kertas lintas negara. Uang-uang ini adalah mata uang dari seluruh negara di lima benua, dari Kenya di Afrika hingga Papua Nugini di Asia Tenggara. Merdy mengumpulkannya dalam kurun waktu 40 tahun.

Bukan cuma uang kertas, Merdy juga mengoleksi uang koin. Jumlahnya kurang lebih sama, sekitar 1.000-an koin. Pria kelahiran Bukit Tinggi, Sumbar, tahun 1948 itu menyimpan koin Hindia Belanda Halve Duken Zeeland tahun 1791 berbahan tembaga. Juga koin-koin abad 18 hingga abad 20 dari berbagai penjuru dunia, terutama negara Eropa.

Termasuk yang disimpan apik dalam album tadi adalah surat-surat berharga kuno. Salah satunya adalah selembar surat bermaterai dari zaman Kesultanan Moghul India tahun 1664. Atau selembar surat saham sejumlah Rp 1 juta pada 1957 milik perusahaan pembuat emas Belanda V.Olislaegeryang yang amat terkenal di Batavia saat itu.

Merdy juga mengantongi tak kurang 40 tanda jasa (kebanyakan militer) dari Indonesia maupun mancanegara. Salah satu yang berasal dari Eropa adalah tanda jasa zaman Nazi Jerman yang diberikan Hitler kepada prajurit pemberani saat Perang Dunia II.

Selamat datang di dunia numismatik Merdy K Batangaris,…
Numismatik? Ya, ini adalah semacam ilmu atau kajian tentang uang kertas, koin, surat-surat berharga, atau bintang tanda jasa. Merdy boleh dibilang seorang numismatikus langka. Disebut langka sebab ia sudi membeberkan koleksi-koleksinya. Kebanyakan numismatikus berkarakter individualis, tertutup dan, dalam kadar tertentu, nyentrik. Mereka enggan diketahui punya koleksi-koleksi unik.

Apa arti selembar uang kedaluwarsa? Bagi kebanyakan orang barangkali cuma kertas tanpa faedah, bahkan sampah. Tapi bagi Merdy, dan para numismatikus, itu adalah harta yang patut diburu. Dunia numismatik memang memiliki logikanya sendiri. Secara sederhana, kata Merdy, menarik tidaknya selembar uang dapat ditinjau dari tingkat kelangkaan, umur, kualitas cetak, sistem keamanan, desain gambar, atau sejarah uang tersebut.

Uang kertas Hindia Belanda keluaran tahun 1938 edisi wayang dinilai Merdy sebagai uang terbaik yang pernah ada di Indonesia. Dicetak di Belanda, uang kertas berwarna ungu ini memiliki desain gambar yang amat artistik, kualitas cetakan yang sempurna, gambar air (water mark) yang begitu kentara, sistem pengaman yang mutakhir di zamannya, dan langka. Ada tulisan De Javasche Bank-Betaalt Aan Toonder di permukaannya.

Merdy punya beberapa lembar uang Hindia Belanda edisi wayang. Angka nominalnya cuma Rp 50 setiap lembar. Mau tahu berapa Merdy pernah melego salah satu koleksi edisi wayangnya? Rp 15 juta selembar! Atau 300 ribu kali lipat. ”Semakin tua, langka, atau historis, maka nilainya makin terdongkrak,” kata dosen mata kuliah sejarah kebudayaan dan kesenian Indonesia pada dua universitas swasta top di Jakarta itu.

Nilai artistik uang adalah satu hal. Masih banyak lain hal yang ternyata tak kalah ampuh mendongkrak keistimewaan uang kertas. Selembar uang, misalnya, akan bernilai lebih tinggi jika kita juga memiliki specimen-nya sekaligus. Specimen adalah uang sampel yang hanya secara khusus diberikan Bank Indonesia kepada kantor cabang. Mengantongi uang specimen menandakan bahwa kita memiliki akses ke bank, bahwa kita adalah kolektor hebat.

Uang kertas yang belum dipotong (uncut) juga dipastikan bakal melonjak nilainya. Di antara jenis uncut yang dimiliki Merdy adalah uang kertas 10 dolar Australia berbahan plastik yang bergambar penduduk Aborigin. Ada empat uang uncut dalam satu lembar besar kertas uang. Koleksi lain yang ia punyai adalah dua uang kertas Kanada uncut senilai masing-masing dua dolar. Nilai uang uncut, kata Merdy, bisa 10 kali lipat dari nominal yang tertera.

Nilai historis juga menjadi pertimbangan penting. Salah satu koleksi yang lumayan diburu adalah uang kertas Rp 500 seri banteng yang ditandatangani Syafruddin Prawiranegara pada 1957. Uang ini sempat dicetak, tapi kemudian batal beredar atas perintah Presiden Soekarno lantaran Syafrudin terlibat pemberontakan PRRI-Semesta. Uang itu praktis menjadi barang eksklusif yang diincar hingga kini. Merdy memiliki beberapa lembar uang edisi ini.

Sebagai kolektor serius, Merdy sebetulnya tak doyan melego koleksi-koleksinya. ”Kecuali kalau lagi bokek dan ada kolektor ‘gila’ yang mau beli dengan harga mahal ha ha ha,” kata bapak dua putra ini. Seperti ketika dia pernah menjual sebuah koin emas 25 tahun Indonesia Merdeka seharga Rp 15 juta atau bintang tanda jasa Nazi Jerman seharga Rp 2 juta.

Jika dilihat sebagai bentuk investasi, koleksi uang kuno adalah investasi yang lumayan menjanjikan. Ini relatif lebih baik ketimbang tingkat apresiasi bank. Barangkali perbandingannya adalah perangko. Kenaikan harga perangko, kata Merdy, adalah sekitar 20 persen per tahun, seperti halnya uang-uang kuno ini.

Namun, duit yang diperoleh dari melego koleksi-koleksinya kebanyakan dibelanjakan untuk membeli koleksi lain lagi. Atau dipakai untuk menutup pengeluaran dari pembelian koleksi sebelumnya. Bukan untuk foya-foya. Pada prinsipnya,”Hobi memang harus bisa menghidupi hobi lagi. Itulah berhobi yang sehat,” ujarnya.

Berburu Tanda Tangan
Uang kertas dijamin bakal kian ‘karismatik’ jika terbubuh tanda tangan pejabat yang mengeluarkan uang tersebut. Salah satu koleksi Merdy yang banyak ditawar orang adalah uang Rp 50 ribu yang dibubuhi tanda tangan asli Soeharto dengan tinta perak. Uang berbahan plastik tersebut dicetak di Australia tertanggal 26-9-2004. ”Ada yang menawar Rp 3 juta, ya enggak saya kasih dong,” selorohnya.

Maka, berburu tanda tangan adalah salah satu kegiatan menantang bagi para numismatikus. Merdy pernah menguntit Deputi Gubernur BI, Dono Djojo Subroto, dalam sebuah kesempatan, sekadar memintanya membubuhkan tanda tangan asli pada uang Rp 1.000. Kebetulan pada uang Rp 1.000 ini terdapat cetakan tanda tangan Dono. ”Kolektor harus berani ‘nodong’ kayak begini, ha ha ha,” ujar Merdy.

Saat bertemu Rachmat Saleh, yang sudah mantan gubernur BI saat itu, Merdy pun tak sungkan meminta dia menandatangani duit kertas Rp 100, Rp 500, dan Rp 1.000. ”Mantan Perdana Menteri Australia, Paul Keating, malah pernah dituntut gara-gara membubuhkan tanda tangan di selembar uang. Sebab ini bisa mendongkrak harga uang tersebut,” ungkap Merdy.

Tempat Favorit: Pasar Loak!
Merdy mulai mengoleksi uang kuno sejak 1968 ketika masih duduk di bangku SMP. Kegemaran pada uang kuno tak terlepas dari jabatan ayahnya yang sekretaris Menteri Keuangan pertama RI, Syafruddin Prawiranegara. ”Dulu, waktu anak-anak, ayah suka memberi uang yang masih hangat dan fresh dari bank. Kita dan sepupu-sepupu amat senang, terutama saat Lebaran,” cerita dia. Sejak itu Merdy mulai menggandrungi uang kuno bahkan menguber hingga ke mancanegara.

Soal koleksi mata uang asing, Merdy enggak ada lawannya. Nyaris seluruh uang negara di dunia ia kantongi, kecuali negara-negara yang baru berdiri. Bahkan, mata uang negara kecil seperti Samoa, Suriname, atau Maldiva ia punya. Salah satu koleksi unik adalah selembar uang Yugoslavia dengan jumlah nominal 50.000.000.000 alias lima puluh miliar. ”Saat itu memang sedang terjadi inflasi parah di negara itu,” cerita Merdy.

Ratusan lembar mata uang asing, koin asing, surat berharga, dan bintang tanda jasa, ia peroleh dari dealer-dealer di luar negeri. Sebagian besar ia dapatkan di pasar loak. Salah satu pasar loak favorit Merdy adalah Marseille Opus di Paris, Prancis. Ini adalah salah satu pasar loak terbesar di dunia yang menempati area berhektare-hektare. Kebetulan Merdy pernah tinggal tiga tahun di Paris.

”Hampir seluruh negara Eropa pernah saya kunjungi pasar-pasar loaknya,” cerita suami dari Wahini Raditya itu. ”Pokoknya setiap saya mengunjungi satu negara, saya selalu berusaha menyempatkan diri masuk ke pasar loak,” tambah Merdy yang saat ini, di usianya yang ke-59, juga masih berburu minimal sebulan dua kali ke pasar-pasar loak di Jakarta.

Ketika tinggal di Sydney, Australia, selama enam tahun (1992-1998), Merdy bergabung dengan International Bank Note Society (IBNS) cabang Australia. IBNS adalah organisasi para kolektor uang kertas di dunia. Secara regular, anggota IBNS Australia berkumpul untuk saling tukar koleksi.

Kalau ditanya mata uang negara mana yang membikin Merdy penasaran, jawabnya adalah mata uang Timor Leste. Negara itu sudah tiga kali berganti mata uang, yakni ketika masih dijajah Portugal, saat bergabung dengan Indonesia, dan terakhir setelah merdeka.

Yang diburu Merdy adalah mata uang Timor pada masa penjajahan Portugal. Ketika Timor beralih ke pangkuan Indonesia, negara itu praktis menjadi ‘negara yang hilang’. Serupa dengan Makau di daratan Cina. ”Ini membuat mata uangnya ikut hilang pula, menjadi langka, dan dicari orang,” ujar Merdy.

Suatu waktu ada seorang kolektor di Australia yang memiliki buku katalog mata uang Timor Leste berukuran 1:1 dengan kualitas cetakan serupa uang asli. Sialnya, sang kolektor ogah melepas album katalog itu. ”Padahal udah gue tawar 2.000 dolar AS (sekitar Rp 19 jutaan),” keluh Merdy.

Uang, Uang, Uang
* Uang kertas nan menawan
Faktor lain yang membuat para numismatikus tertarik pada uang kertas adalah sistem keamanannya yang artistik. Setiap mata uang memiliki sistem pengamanan berbeda. Yang paling sering diterapkan adalah hologram pada uang plastik, gambar air, desain aksesori yang muka-belakang, benang pengaman yang kini digantikan micro printing serta dicetak dobel sehingga luar biasa sulit untuk menirunya. ”Uang adalah karya seni sekaligus karya teknologi yang menarik,” tuturnya.

* Dibobol maling
Museum Nasional di Jakarta adalah tempat yang amat diperhitungkan. Koleksi numismatik di museum itu, kata Merdy, sempat menjadi yang terlengkap di dunia setelah British Museum di Inggris. Namun, koleksi tersebut dibobol maling pada 1980-an dan menyebabkan kehilangan dalam jumlah tak sedikit. Akibatnya, koleksi numismatik yang tersisa kini tak lagi dibuka untuk umum, kecuali untuk kepentingan studi.

* Dimiliki Pangeran Arab
Siapa kolektor uang zaman Hindia Belanda terbesar? Dia bukan orang Indonesia. ”Dia adalah Raja Faisal dari Arab Saudi,” kata Merdy. Belakangan, koleksi-koleksinya diborong dalam jumlah besar oleh saudagar kayu asal Kanada di balai lelang Southeby’s. Sebagian kecil ada yang kembali ke Indonesia lantaran dibeli oleh seorang kolektor Indonesia.

Sumber : www.republika.co.id

4 komentar:

  1. salut dan kagum pada pak merdy acungan jempol 2 saja kga cukup nich kayanya buat bapak sesepuh numismatik kita,salam numismatik dari solo.dari david solo si gila koin.

    BalasHapus
  2. Saya punya 148 mata uanga dari berbagai negara dan Banknote dari tahun 1928-1999, dari mulai dollar 1928,34, myanmar,vietnam,dll. ada yang tertarik silahkan hubungi ke 08170741887

    BalasHapus
  3. salam kenal pak merdy... mohon pencerahannya pak.. saya punya koin pd bagian dpan bergambar semar dan di belakang bergambar huruf jawa yg bunyinya ho no co ro ko..dst,..
    apakah koin tersebut salah satu jenis uang kuno..?? dan jika memang betul bagaimana cara mengetahui koin tsb asli atau palsu.. terimakasih..
    salam...
    ahmada

    BalasHapus
  4. Salam kenal pak Merdi..

    Saya mau kasih tahu bapak, selama ini saya menyimpan uang kertas Timor tertanggal LISBOA 23 DE ABRIL DE 1963, ada tulisan pada uang kertas berangka nominal 100 itu sbb; BANCO NACIONAL ULTRAMARINO; kemudian ada tulisan DE CRETO LEI NO.39,221; lalu TIMOR; serta CEM ESCUDOS dan ada angka 139423.Kondisinya baik.
    Jika bapak berminat saya akan menjualnya, no Hp saya 0852 841 11596. Terima kasih

    BalasHapus

Silahkan Berikan Komentar/Testi/Komplain Anda

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.