Soegiarto, Rajanya Koin Kuno

Tak banyak kolektor uang lama yang memahami seluk-beluk koin kuno seperti halnya Soegiarto. Lelaki kelahiran Bandung ini telah diakui di kalangan kolektor uang Jogja sebagai rajanya koin kuno. Ajukan pertanyaan apa saja seputar uang kuno, Soegiarto akan dengan sangat mudah menjelaskannya secara lancar dan terperinci pada Anda. Dan bisa dipastikan Anda akan dibuat betah mengobrol berjam-jam tentang koin kuno.

Pengetahuan luas Soegiarto tentang koin kuno didapat saat ia sedang getol-getolnya berburu koin kuno di era 1980-an. Demi memburu koin, ia rela menempuh perjalanan jauh. Dari Bandung, ia sering bepergian ke Jakarta dan seantero Jawa demi memperoleh koin kuno. Ia bahkan pernah menyelami Laut Sulawesi untuk mencari koin kuno yang lama tenggelam di sana.

Kegetolan Giarto, panggilan akrabnya, bukannya tanpa alasan. Ia yang saat itu masih muda belia berbisnis jual-beli koin kuno, sebuah bisnis yang tak banyak dilakukan orang pada waktu itu. Di tengah bagusnya harga logam dunia, bisnis Giarto berkembang pesat. Dari hanya melayani pasaran dalam negeri, ia kemudian rutin mengirim pesanan hingga ke Eropa dan Australia.

Sejak kecil Giarto memang sudah hobi mengoleksi uang. Ia mengaku suka pada gambar-gambar uang, karena itu setiap mendapat uang yang masih baru pasti disimpan di bawah baju di dalam lemarinya. Perkenalan Giarto dengan koin bermula saat ia studi di Sekolah Instrumentasi Gelas, Elektronika dan Logam (SEGEL) di Jakarta. Salah seorang dosennya yang berkebangsaan Belanda adalah kolektor koin kuno. Dari dosennya itulah Giarto tahu kalau koin kuno bernilai sangat tinggi di mata kolektor.

Mulailah Giarto berburu koin kuno. Mula-mulanya ia hanya memenuhi pesanan sang dosen Belanda tadi. namun lama-kelamaan ia kenal banyak kolektor lain dan mulai melebarkan sayap bisnisnya. Sayang, kejatuhan nilai jual logam di tahun 1983 membuat bisnisnya merosot drastis. Iapun meninggalkan dunia koin kuno. Bahkan satu set koleksi koin kuno miliknya ia jual kepada seorang kolektor Belanda.

Bertahun-tahun kemudian Giarto meninggalkan dunia numismatik. Tuntutan ekonomi membuatnya harus mau bekerja serabutan sehingga melupakan koin kuno dan uang lama. Tahun 2006, Giarto yang sudah tinggal di Jogja kembali berkecimpung di dunia numismatik. Hal ini dipicu ileh perkenalannya dengan beberapa pedagang uang lama di Pasar Klithikan dan utara Pasar Beringharjo. Awalnya ia hanya ingin berbisnis jual-beli uang lama. Namun pada akhirnya ia juga mnjadi kolektor.

Catatan: Diolah dari hasil berbincang-bincang di pasar Klithikan, 27 Mei 2009, dalam rangka liputan untuk Harian Jogja sewaktu saya magang sebagai reporter di koran tersebut. Hasil bincang-bincang tersebut dimuat di rubrik 'Klangenan' Harian Jogja, Minggu Legi tanggal 7 Juni 2009, dengan judul "Belajar Sejarah lewat Uang". www.uanglama.com